Penempatan manusia di Australia diduga berawal pada 42.000 sampai 48.000 tahun lalu,mungkin dengan perpindahan manusia melalui jembatan tanah dan penyeberangan-laut jarak dekat dari kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara. Para penghuni perdana ini mungkin moyang dari penduduk asli Australia modern. Pada masa pendudukan Eropa di akhir abad ke-18, sebagian besar penduduk asli Australia mempertahankan hidupnya dengan cara memburu, dengan tradisi lisan dan nilai-nilai kerohanian yang kompleks berdasarkan penghormatan atas tanah air dan sebuah kepercayaan zaman impian. Penghuni Kepulauan Selat Torres pada awalnya merupakan pekebun dan pemburu-pengumpul.
Letnan James Cook
memetakan pantai Timur Australia di HM Bark Endeavour mendakwakan tanahnya
untuk Inggris pada tahun 1770. Replika ini dibuat di Fremantle, Australia Barat
pada tahun 1988 untuk ulang tahun yg ke-200 Australia.
Setelah kunjungan sporadis oleh para nelayan dari Nusantara,
orang Eropa pertama yang melihat daratan utama Australia, sekaligus menjadi
orang Eropa pertama yang menjejakkan kaki di benua Australia adalah seorang
mualim Belanda, Willem Janszoon. Dia melihat pantai Semenanjung Tanjung York
pada tanggal yang tak diketahui pada awal tahun 1606, dan menjejakkan kakinya
untuk kali pertama pada 26 Februari di Sungai Pennefather di pantai barat
Tanjung York, dekat sebuat tempat yang kini menjadi kota Weipa. Bangsa Belanda
mengaku bahwa seluruh seluruh pantai barat dan utara "Belanda Baru"
pada abad ke-17, tetapi tidak mengupayakan pendudukan.[35] William Dampier,
seorang penjelajah Inggris mendarat di pantai barat-laut Australia pada 1688
dan melakukannya lagi pada 1699 di tengah perjalanan pulangnya. Pada 1770,
James Cook berlayar dan membuat peta di sepanjang pantai timur Australia, yang
kemudian ia namai sebagai New South Wales dan diaku sebagai milik Britania.[36]
Replika kejadian ini lalu didirikan di Fremantle, Australia Barat pada tahun
1988 sebagai peringatan ulang tahun Australia yang ke-200. Temuan Cook
menyiapkan jalan untuk pelaksanaan sebuah koloni mahkota baru. Koloni Mahkota
New South Wales dibentuk pada 26 Januari 1788, ketika Kapten Arthur Phillip
memimpin rombongan First Fleet ke Port Jackson. Tanggal itu menjadi hari
nasional Australia, Hari Australia. Van Diemen's Land, kini dikenali sebagai
Tasmania, diduduki pada 1803 dan menjadi koloni terpisah pada 1825.[38]
Britania Raya secara resmi mengakui bagian barat Australia sebagai miliknya
pada 1828.[39] Ekspedisi ini telah menghasilkan penemuan-penemuan penting yang
menjadi rangsangan untuk mendirikan koloni bagi para terhukum Inggris, sebagai
ganti hilangnya koloni-koloni di Amerika (yang merdeka saat itu).
Koloni-koloni terpisah dibentuk sebagai pecahan dari New
South Wales: Australia Selatan pada 1836, Victoria pada 1851, dan Queensland
pada 1859. Teritorial Utara dibentuk pada 1911 ketika ia memisahkan diri dari
Australia Selatan. Australia Selatan dibentuk sebagai "provinsi
bebas"—sebab ia tidak pernah menjadi koloni tahanan. Victoria dan
Australia Barat juga dibentuk sebagai "provinsi bebas", tetapi
kemudian menerima tahanan yang dikirim. Sebuah kampanye oleh pemukim New South
Wales memicu berakhirnya pengangkutan tahanan ke koloni itu; kapal laut tahanan
terakhir tiba pada tahun 1848.
Penduduk asli Australia diduga sebanyak 350.000 jiwa ketika
orang Eropa mulai melakukan pendudukan,[46] menurun drastis selama 150 tahun
setelah awal pendudukan, terutama disebabkan oleh penyakit infeksi.
"Generasi yang terampas" (penghilangan anak-anak Aborigin dari
keluarga mereka), di mana sejarawan seperti Henry Reynolds memandangnya sebagai
genosida, juga berperan bagi menyusutnya populasi penduduk asli. Tafsiran
sedemikian tentang sejarah Aborigin masih dipertentangkan oleh komentator kolot
seperti mantan Perdana Menteri John Howard dibesar-besarkan atau dibuat-buat
untuk kepentingan politik dan ideologi tertentu.[50] Perdebatan ini dikenal di
Australia sebagai perang sejarah. Pemerintah Federal meraih kekuasaan untuk
membuat undang-undang yang menghormati Aborigin setelah diselenggarakannya
Referendum Australia 1967 tentang Aborigin. Kepemilikan tradisional atas
tanah—gelar aborigin—tidak diakui sampai tahun 1992, ketika Mahkamah Agung pada
kasus Mabo versus Queensland (Nomor 2) membatalkan gagasan Australia sebagai
terra nullius ("tanah tak bertuan") sebelum pendudukan oleh orang
Eropa.
Perburuan emas bermula di Australia pada awal dasawarsa
1850-an, dan Pemberontakan Eureka melawan bea perizinan pertambangan pada 1854
adalah ungkapan paling awal ketidaktaatan sipil. Antara tahun 1855 dan 1890,
enam koloni masing-masing memperoleh status sebagai pemerintah tanggung jawab,
yang mengelola sebagian besar urusan mereka masing-masing tetapi masih menjadi
bagian dari Imperium Britania. Kantor Kolonial di London masih mempertahankan
kendalinya untuk beberapa urusan, yaitu urusan luar negeri, pertahanan, dan
pengapalan internasional.
Pada 1 Januari 1901 federasi enam koloni dibentuk setelah
satu dasawarsa perencanaan, konsultasi, dan pemungutan suara. Persemakmuran
Australia dibentuk dan ia menjadi dominion Imperium Britania pada 1907. Wilayah
Ibu Kota Federal (kemudian diubah menjadi Wilayah Ibu Kota Australia) dibentuk
pada tahun 1911 sebagai lokasi bagi ibu kota federal masa depan, Canberra.
Melbourne pernah menjadi pusat pemerintahan sejak tahun 1901 sampai 1927 ketika
Canberra dibangun. Hak dan tanggung jawab pengelolaan Teritorial Utara
dialihkan dari pemerintah Australia Selatan kepada parlemen federal pada tahun
1911.[61] Pada tahun 1914, Australia menggabungi Britania pada Perang Dunia I,
dengan dukungan dari Partai Liberal yang demisioner dan Partai Buruh yang baru
memulai tugasnya. Bangsa Australia turut serta dalam banyak perang besar,
misalnya dalam Barisan Barat.[63] Dari 416.000 yang ditugaskan, kira-kira
60.000 terbunuh dan 152.000 luka-luka.[64] Banyak orang Australia menganggap
kekalahan Korps Tentara Australia dan Selandia Baru (ANZAC) dalam Gallipoli
sebagai kelahiran bangsa—aksi militer besar pertama.[65][66] Kampanye Jalur
Kokoda dipandang oleh banyak pihak sebagai analogi bangsa-terhadap apa yang terjadi
dalam Perang Dunia II.
Undang-Undang Westminster 1931 Britania secara resmi
mengakhiri sebagian besar hubungan konstitusional antara Australia dan
Britania. Australia mengadopsinya pada 1942, tetapi kembali lagi pada tahun
1939 untuk mengonfirmasi kesahihan legislasi yang disahkan oleh Parlemen Australia
pada Perang Dunia II. Kekagetan atas kekalahan Britania di Asia pada tahun 1942
dan ancaman serbuan Jepang menyebabkan Australia melirik Amerika Serikat sebagai
sekutu dan pelindung baru. Sejak tahun 1951, Australia menjadi sekutu militer
resmi Amerika Serikat, di bawah traktat ANZUS. Setelah Perang Dunia II
Australia menggalakkan imigrasi dari Eropa. Sejak dasawarsa 1970-an dan
penghapusan Kebijakan Australia Putih, imigrasi dari Asia dan kawasan lain juga
digalakkan. Hasilnya, demografi, budaya, dan citra-diri Australia bergeser.
Ikatan konstitusional terakhir antara Australia dan Britania Raya diputus
dengan disetujuinya Undang-Undang Australia Tahun 1986, mengakhiri semua peran
Britania dalam pemerintahan negara-negara bagian Australia, dan menutup opsi
peradilan banding bagi dewan penasehat di London. Dalam sebuah referendum tahun
1999, 55% pemberi suara dan majoritas di tiap-tiap negara bagian menolak usulan
menjadi republik dengan presiden yang dipilih oleh dua per tiga suara dari
masing-masing kamar dalam Parlemen Australia. Sejak pemilihan Pemerintah
Whitlam pada 1972, terdapat fokus yang menguat dalam hal kebijakan luar negeri
mengenai hubungan dengan negara-negara Lingkar Pasifik, seraya memelihara
ikatan dekat dengan sekutu dan rekan dagang klasik Australia.
sumber:wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Berkomentar, jika memang kurang jelas